Keterkaitan Tingkat Retensi Karyawan dengan Kinerja Restoran
Secara sederhana, retensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan manajemen untuk mempertahankan orang-orang terbaik (talent) untuk tetap berada dan loyal kepada perusahaan. Semakin baik tingkat retensi, maka pergantian (turnover) karyawan dapat dikurangi.
Retensi memungkinkan organisasi dapat mempertahankan kinerja terbaik dengan keberadaan dan loyalitas para talent yang memiliki jam terbang yang cukup di posisi/jabatannya masing-masing.
Secara garis besar, kinerja operasional restoran diukur melalalui 3 parameter yang disebut sebagai SQC yaitu Service, Quality and Cleanlines (Pelayanan, Kualitas dan Kebersihan). Kinerja operasional tersebut hanya dimungkinkan untuk dicapai ketika restoran memiliki cukup talent yang telah menguasai dengan baik bidang pekerjaannya.
Satu orang talent dapat mengerjakan 2 hingga 3 pekerjaan, sementara satu orang baru belum tentu bisa menangani 1 pekerjaan dengan baik.
Seorang talent mampu bekerja secara efisien, sementara seorang karyawan baru sangat mungkin membuat banyak kesalahan sebelum ia benar-benar menjadi paham dan menguasai bidang pekerjaanya.
Dari sini kita bisa melihat keterkaitan atau korelasi yang jelas antara kualitas SDM dengan kinerja perusahaan dimana jika restoran memiliki cukup talent karena kemampuan retensi nya baik, maka kinerja restoran bisa dipertahankan dengan baik.
Sebaliknya, jika tingkat retensi karyawan rendah, maka kinerja restoran juga secara linear akan turun. Di sinilah perlunya seluruh jajaran manajemen restoran memiliki pandangan yang sama akan pentingnya retensi karyawan.
Bagaimana cara meningkatkan retensi karyawan?
Jawabannya adalah apa yang disebut sebagai Internal Quality Service (IQS) atau Pelayanan ke Dalam dimana manajemen secara sungguh-sungguh berkomitmen terhadap kesejahteraan dan/atau kepuasan seluruh karyawannya. Tak hanya materi tapi juga immateri.
Dengan kata lain, jika kita mengharapkan Output yang baik, maka Input + Proses nya juga harus baik.