3 Penyebab Utama Leader Restoran Jarang Mengadakan Briefing
Banyaknya permasalahan di restoran seringkali disebabkan karena kurang intensifnya komunikasi di restoran melalui forum briefing. Jika ditanya kenapa jarang mengadakan briefing karyawan, banyak alasan yang dikemukakan, mulai dari kondisi restoran sedang ramai, kurangnya crew, hingga karena tidak ada bahan untuk dibriefingkan.
Bahkan, saya pernah mendapati sebuah cabang restoran yang hanya mengadakan briefing 3 kali dalam seminggu. Tidak heran jika kumpulan masalah ada di cabang restoran yang satu ini. Mulai dari menurunnya kualitas kebersihan restoran, menurunnya penjualan harian, menurunnya standar penampilan karyawan, hingga standar kebersihan peralatan restoran.
Lalu apa sebenarnya yang dihadapi oleh para leader sehingga mereka jarang mau mengadakan briefing?
Berikut adalah 3 penyebab utama leader restoran jarang mengadakan breifing :
Berikut adalah 3 penyebab utama leader restoran jarang mengadakan breifing :
1. Tidak cakap berkomunikasi
Hal ini sesungguhnya sangat fatal bagi seorang leader. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan hal yang wajib dimiliki setiap leader atau pemimpin. Tanpa kemampuan berkomunikasi atau skill communication yang baik, maka seorang leader akan mengalami banyak hambatan saat harus memberikan instruksi atau perintah, pengarahan, menegur atau bahkan saat harus memecat karyawan.
Ke-tidak-cakap-an leader dalam berkomunikasi akhirnya membuat sang leader selalu gundah dan malas saat ingin mengadakan acara briefing. Karena itu artinya, ia harus berbicara di depan karyawannya sedangkan ia sendiri tidak cakap berkomunikasi.
Sangat penting bagi kita untuk memperhatikan kemampuan berkomunikasi seseorang yang akan kita angkat sebagai seorang leader di restoran, seperti Supervisor atau Captain Service. Keduanya harus lah memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
2. Tidak mampu memberi teladan
Berbicara di depan karyawan saat briefing memang penuh konsekuensi. Saat sang leader berbicara tentang kedisiplinan, maka ia juga harus disiplin. Saat ia berbicara tentang standar penampilan yang baik, maka ia pun harus mampu memberi teladan dengan berpenampilan sesuai aturan standar penampilan.
Saat ia tak mampu memberi teladan, maka ia akan cenderung menjauhi aktivitas briefing yang hanya akan membuat dirinya malu dan menjadi bahan ejekan karyawan karena ia sendiri tidak mampu melakukan apa yang dikatakannya.
Saat ia tak mampu memberi teladan, maka ia akan cenderung menjauhi aktivitas briefing yang hanya akan membuat dirinya malu dan menjadi bahan ejekan karyawan karena ia sendiri tidak mampu melakukan apa yang dikatakannya.
3. Tak bisa bersikap tegas
Selain karena tidak cakap berkomunikasi dan tidak mampu memberi teladan yang baik, ternyata ada juga leader restoran yang jarang mengadakan briefing karyawan karena tidak bisa bersikap tegas. Ia bahkan tak mampu memberikan instruksi kepada karyawan untuk dalam sekejap berkumpul mengadakan briefing. Yang terjadi adalah ia harus menunggu semua karyawannya berkumpul dengan penuh rasa malas. Hal ini kemudian lambat laun membuat sang leader menjadi jarang mengadakan briefing karyawan di restoran.
Ke-tidak-tegas-an leader telah membuat karyawannya menjadi semakin malas saat diminta berkumpul untuk acara briefing. Akhirnya, secara perlahan, budaya briefing kemudian menjadi jarang dilakukan dan kemudian menghilang.
Sebagai seorang leader, kita harus menyadari betapa pentingnya acara briefing karyawan. Dengan demikian, secara konsisten kita mengadakan briefing karyawan setiap hari mengingat betapa pentingnya forum briefing bagi kelancaran operasional restoran dan keharmonisan hubungan karyawan.
Demikian artikel 3 penyebab utama leader restoran jarang mengadakan briefing. Semoga bermanfaat.