--> Skip to main content

Kontradiksi Perbaikan Sistem dan Kenyamanan Karyawan

Beberapa hari yang lalu, seorang pembaca Restofocus bercerita kepada saya tentang usaha bakso dan soto yang diwarisinya dari orangtua. Usaha bakso dan soto tersebut sudah cukup terkenal di kotanya, Lamongan Jawa Timur. Sebagai generasi penerus, ia ingin memperbaiki sistem kerja dalam usahanya. Hal pertama yang ia lakukan adalah memperbaiki sistem, seperti pembagian tugas secara jelas, kedisiplinan dan kesopanan.

Saat sistem mulai diterapkan, ia mendapat "perlawanan" dari karyawannya, misalnya saja saat ia mulai menerapkan aturan yang melarang penggunaan handphone di jam operasional. Perbaikan sistem ternyata mengalami kontradiksi dengan kenyamanan karyawan, dimana sejak lama karyawan telah terbiasa dan nyaman dengan sistem lama yang ala kadarnya.

Sang pengusaha muda juga mengeluhkan tentang adanya karyawan yang mencoba mempengaruhi karyawan lain agar tak mengikuti semua aturan baru yang diterapkan. Jelas sudah bahwa kontradiksi itu sangat tampak dan nyata. Karyawan yang tidak suka dengan adanya hal baru sebagai perbaikan berusaha melawan.


Pada dasarnya kebanyakan orang sulit menerima hal baru

Di era 1980-an, saat komputer mulai diperkenalkan di Indonesia, banyak orang yang antipati. Mereka mengatakan lebih suka dengan mesin tik yang telah lama bersama mereka. Ada yang bilang bahwa komputer mudah kena virus dan mesin tik tak mengenal virus. Ada juga yang mengatakan bahwa komputer itu ribet dan mesin tik sangat simpel. Mereka tak mau menggunakan komputer sampai suatu hari mereka sadar bahwa di kanan dan kiri mereka, semua orang telah menggunakan komputer.

Deskripsi di atas dapat menunjukkan kepada kita bahwa pada dasarnya kebanyakan orang sulit untuk menerima hal baru. Dengan memahami hal ini, maka kita harus berusaha menanamkan pemahaman yang baik kepada orang lain saat kita mencoba mengenalkan hal baru dalam lingkungan mereka.

Dekati dia yang "nakal" dan tinggalkan dia yang "negatif"

Di setiap lingkungan selalu ada yang menjadi pemicu, baik hal positif maupun negatif. Orang yang memicu kepada hal negatif lebih sering di sebut sebagai provokator. Jika ada sang provokator dalam usaha Anda yang menentang kebijakan perbaikan sistem, maka buatlah ia paham dengan maksud dan tujuan Anda.

Cobalah dekati dia yang "nakal", ajak dia bicara empat mata dan berikan pemahaman secara baik. Jika kita berhasil membuatnya mengerti, maka hal ini akan sangat baik bagi karyawan yang lain. Namun jika ia tetap "negatif", maka sudah waktunya bagi Anda untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Sehebat apa pun kemampuannya, sepenting apapun posisinya dalam usaha kita, jika ia berpotensi menjadi penghalang kemajuan dan perbaikan, maka tak ada alasan untuk mempertahankannya.

Gunakan media briefing

Briefing karyawan sangat penting untuk secara terus menerus memberikan pemahaman akan tujuan usaha, motivasi kerja. Briefing juga bisa menjadi jembatan komunikasi yang baik antara owner atau pimpinan dengan karyawan. Briefing akan secara efektif mematahkan berbagai isu negatif yang dihembuskan, sekaligus dapat terus memberikan pemahaman akan pentingnya perbaikan sistem dari waktu ke waktu.

Demikian artikel tentang kontradiksi perbaikan sistem dan kenyamanan karyawan. Semoga bermanfaat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda. Komentar yang berisi tautan dan hal-hal yang terkait SARA tidak akan ditampilkan.
Buka Komentar
Tutup Komentar